....Selamat untuk anakku Alifia Qurata Ayun wisuda Sarjana Farmasi....

Kamis, 08 Januari 2009

Membuat ‘Legen’ dan ‘Tuak’ di Masa Pati Wolo Siwalan

Membuat ‘Legen’ dan ‘Tuak’ di Masa Pati Wolo Siwalan

Oleh : Dian Kusumanto

Pada masa pati wolo produksi nira Siwalan turun drastis bahkan sangat minim sekali, namun demikian masih ada satu dua pohon Siwalan yang masih mampu berproduksi. Oleh karena itu untuk tetap memenuhi pasar minuman Legen dan Tuak ini para pedagang Legen dan Tuak Siwalan ini mempunyai trik-trik untuk tetap menyediakan minuman ini.

Sebenarnya ini sangat dirahasiakan oleh para pedang minuman Legen dan Tuak Siwalan. Karena itu penulis sangat kesulitan untuk memperoleh informasi yang sangat rahasia ini. Dengan beberapa cara akhir ada juga diantara petani yang mau menjelaskan trik-trik yang biasa dilakukan oleh pedagang minuman ini.

Ini berawal dari pemikiran penulis setelah mengetahui keadaan sebenarnya siklus produksi yang pada masa pati wolo ini sangat turun drastis. Namun di tingkat pedagang seolah-olah fluktuasi produksi ini tidak terjadi. Para pedagang di pinggir jalan masih tetap saja bisa menjual Legen dan Tuak dalam jumlah yang hampir tidak beda dengan masa-masa biasanya. Hal ini terjadi karena pedagang bisa membuat legen dan tuak buatan, yang tidak murni namun masih tetap bisa diterima oleh konsumen, karena konsumen sudah terbiasa dan sulit untuk menghentikan kebiasaan menkonsumsi minuman khas ini.

Legen dan Tuak buatan ini memang nyaris tidak berbeda dengan yang murni atau aslinya. Namun bagi yang biasa sebenarnya masih bisa merasakan perbedaannya. Adapun yang penulis dapatkan informasi bocorannya bersumber dari seorang petani yang sudah biasa berhubungan dengan para pedagang yang mempraktekkan. Sumber tersebut tidak mau disebutkan namanya. Namun jika dicek dengan beberapa informasi lainnya maka informasi ini bisa mewakili.

Adapun cara untuk membuat Legen Buatan itu sebagai berikut. Jika legen yang akan dibuat nanti 25 liter, maka bahannya antara lain adalah : legen asli 5 liter, pupus daun Siwalan 2-5 pupus, sari manis secukupnya dan air 20 liter. Semua bahan dicampur dan dimasak sampai mendidih dan kemudian didinginkan. Biasanya legen buatan ini bisa lebih awet dan tidak mudah berubah karena fermentasi, lain dengan legen atau nira Siwalan asli yang biasanya mudah berubah karena fermentasi gampang terjadi setelah sekitar 4 jam. Legen asli akan agak awet jika dimasak lebih dahulu.

Bagaimana dengan tuak buatan? Tuak buatan sebanyak 30 liter itu dibuat dari Tuak lama sebanyak 10 liter, Tuak baru 5 liter, Air 15 liter, ditambah secukupnya sari manis, untuk rasa ’sepet’ menggunakan Duwet atau Juwet dan rasa pahit dengan menggunakan sambiloto. Kadang-kadang sari manis tidak digunakan. Tuak lama adalah tuak yang memang disimpan dalam waktu yang sudah lama. Tuak lama biasanya kandungan alkoholnya agak tinggi. Tuak baru memang dimaksudkan untuk menjaga aroma dan rasa tuak buatan. Buah juwet yang kelat atau ’sepet’ dan sambiloto yang pahit memberi kesan sepet pahitnya rasa tuak.

Apakah pembuatan legen dan tuak buatan ini hanya dilakukan hanya pada saat pati wolo saja? Atau juga dilakukan untuk menyiasati pasar yang permintaannya banyak sepanjang tahun, padahal ada masa menurunnya produksi. Pedagang yang baik harusnya menjelaskan produk yang dijual ini legen atau tuak asli atau legen atau tuak buatan. Apakah legen yang dijual sampai ke luar daerah itu asli atau buatan? Wah... kalau masalah ini perlu ditelusuri lagi....

Mudahan ada info lanjutan tentang ini. Apakah Anda ada informasi lain tentang ini? Kami tunggu tanggapan Anda.

8 komentar:

Faries mengatakan...

Pak Dian, Sya tertarik dengan tulisan anda. Maaf saya mau minta bantuan nih. Saya butuh bibit siwalan berukuran sekitar 40-50cm. Dimana saya bisa dapatkan ya? Apa ada kontak person petani yang membibitkan siwalan ini?

Lontar atau siwalan sangat potensial sebagai tanaman landscape

PUSTAKA ALTERNATIF mengatakan...

Tuak dan Legen Asli Cepat Basi

Saya ingin menambahi tulisan Pak Dian, terutama mengenai masa layak minum tuak dan legen asli. Minuman tuak merupakan hasil fermentasi. Sepanjang yang kita tahu, fermentasi itu proses perubahan gula menjadi alkohol akibat pembusukan oleh jamur (tolong direvisi kalau salah). Fermentasi terjadi di wadah atau bumbumg bambu yang disebut bethek. Wadah inilah yang digunakan untuk menampung cairan yang menetes dari batang bunga/wolo siwalan. Cairan inilah yang disebut nira atau legen, dan pada saat menetes tidak mengandung alkohol. Menjadi tuak yang beralkohol, karena di dalam bethek diberi media tumbuhnya jamur yang oleh orang Tuban disebut "jatu". Jatu ini biasanya terbuat kulit pepohonan yang dikeringkan, ditumbuk dan dipotong kecil-kecil seukuran kuku ibu jari, dan dimasukkan ke bethek ketika hendak menyadap. Ketika nira menetes ke bethek bercampur dengan jatu, maka terjadilah fermentasi, dan terjadilah tuak. Dalam satu hari, dilakukan penyadapan dua kali, pagi dan sore hari. Proses fermentasi ini terus berlangsung ketika tuak diambil dari pohon, yang akan merubah rasa dan aroma tuak. Biasanya tuak dan legen asli hanya memiliki masa layak minum sampai 3 jam setelah penyadapan, karena fermentasi yang terus berlangsung akan merubah rasa dan aroma tuak dan legen. Akibat fermentasi pula, legen asli yang sebelumnya berasa manis, akan berubah menjadi masam, dan bisa sakit perut jika diminum.
Rasa tuak menjadi semakin pahit, dan semakin lama, semakin masam hingga seperti cuka. Tuak yang disimpan dalam waktu lama, kemudian digunakan untuk membuat tuak dan juga legen buatan yang dimaksud Pak Dian ini oleh orang Tuban disebut tuak bleng-blengan, yang sudah disimpan selama 2-3 bulan. Tuak bleng-blengan ini baunya sangat menyengat, sangat tidak sedap. Tuak atau legen yang dijual di pinggir-pinggir jalan, bisa dipastikan tidak asli alias buatan, karena secara alamiah fermentasi akan merubah sifat tuak dan legen menjadi tidak layak minum setelah 3 jam dari waktu penyadapan. Hanya karena ketidaktahuan konsumen saja yang menyebabkan konsumen masih mau menerima tuak dan legen buatan. Tapi kalau tahu bahan baku sebenarnya, mungkin konsumen akan berfikir ulang untuk sekedar mau mencoba.

Terima kasih

Sanaji
Asli Wong Tuban

Teguh Deni Setiawan mengatakan...

Ass.

mohon maaf jika salah . . .bukan maksud saya untuk meracuni atau apapun.

om saya seorang peminum berat, sekitar tahun lalu dia mencoba berhenti minum (miras) karena menderita penyakit gula. saking parahnya, jika bisa diukur umur om saya dengan rumus dunia, mungkin tinggal menghitung bulan saja.

karena dy adalah seorang pecandu, dia mulai kembali meminum minuman keras (mungkin karena tgl menghitung hari dy smakin ndablek minum), dia mencoba minum tuak karena dia menganggap karena tuak itu pahit, jadi sudah tidak ada kandungan gulanya.
tentunya tuak yang saya ceritakan ini adalah tuak yang dijual di daerah saya, salatiga.

Subhanallah, setelah dia rutin minum tuak, penyakitnya berangsur sembuh. malah sekarang dia sudah dapat bekerja kembali... akhirnya dy menularkan pengalamannya kepada pakde saya yg juga menderita penyakit gula, dan pakde saya pun sudah merasa lebih baik,sekarang.

apa bapak2 pernah mendengar/ melihat kejadian serupa...jika memang benar adanya mohon di share, karena bapak saya juga rentan penyakit gula (penyakit turunan dari nenek saya)

terima kasih
Wass . . .
deni,sala3

Unknown mengatakan...

Terimakasih informasi nya

Jihan Nuraini mengatakan...

Good content

Rezaaaaja mengatakan...

Simple nya, Berarti kalau legen dibiarkan begitu saja tanpa dikasih jamur yang disebut diatas,
tidak akan menjadi tuak ya??

Unknown mengatakan...

Boleh itu untuk tuaknya tapi yg asli emang katanya bisa buat penyembuk penyakit gula

Unknown mengatakan...

Tolong berikan saya resep dan proses membuat tuak dari legen kak karena mungkin bisa untuk membantu terapi penybuhan teman saya dari ketergantungan obat2 tan